CERITA SEX ABG MAHASISWI DOYAK SEKS
Sebut saja Namanya Fina, dirinya adalah seorang mahasiswi yang mempunyai nafsu seks yang lumayan tinggi. Sejak keperawanannya hilang di SMA fina rutin ingin ngentot serta ngentot lagi. Mungkin laki-laki yang telah memasukkan kontolnya ke memekku tidak dapat terhitung tidak sedikitnya. Aku seakan rutin saja ingin dipuaskan oleh kontol-kontol yang gede serta awet. Nah cerita dewasa nya begini, aku baru saja pulang dari rumah kawanku seusai mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang sangatlah melelahkan itu akhirnya berakhir juga hari itu. Ketika aku meninggalkan rumah kawanku langit telah gelap, arlojiku menunjukkan pukul 8 lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku lumayan jauh dari daerah ini lagipula aku agak asing dengan daerah ini sebab aku jarang berkunjung ke kawanku yang satu ini. Di perjalanan aku menonton suatu pom bensin, tapi harapanku langsung sirna sebab begitu mau membelokkan mobilku nyatanya pom bensin itu telah tutup, aku jadi kesal hingga menggebrak setirku, terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang tetap buka alias segera hingga ke rumah.
Ketika sedang berada di suatu rumit perumahan yang lumayan sepi serta gelap, tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak panik hingga kutepikan mobilku serta kucoba menstarternya, tetapi walupun kucoba berulang-ulang tetap saja tidak sukses, rugi sekali aku gara-gara tadi siang telat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi bensin terjebak tidak tahu wajib bagaimana, kedua orang tuaku sedang di luar kota, di rumah cuma ada pesuruh yang tidak dapat diinginkan bantuannya. Tidak jauh dari mobilku nampak suatu pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun serta menuju ke sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana aku menonton 5 orang di sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah yang mendapat giliran ronda malam itu serta juga 2 tukang ojek.
“Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?”, tanya salah seorang yang berpakaian hansip. “Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi tetap buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku. “Wah, kalo pom bensin jam segini telah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang nyatanya tukang ojek di daerah itu. “Aduuhh.. gimana ya! Alias gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya membayar kok”, tawarku. Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya serta segera pergi dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
“Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu”. Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang menggunakan sarung menawariku segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali hingga-sampai aku wajib terus tersenyum serta berterima kasih sebab merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku menggunakan celana jeans ketat serta setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku menggunakan tanktop merah yang potongan dadanya rendah jadi belahan dadaku agak terkesan. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku rutin berusaha mencuri pandang ingin menonton daerah itu.
Kompleks itu telah sepi sekali saat itu, jadi mulai timbul niat isengku serta membayangkan bagaimana seandainya kuberbagi tubuhku untuk dinikmati mereka sekalian juga sebagai balas budi. Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang lumayan panas akhir-akhir ini, aku iseng-iseng mengatakan, “Wah.. panas banget yah akhir-akhir ini Pak, hingga malam gini aja tetap panas”. Aku mengatakan faktor tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku kemudian dengan santainya kulepaskan setelan luarku, jadi nampaklah lenganku yang putih mulus. Mereka menatapku dengan tidak berkedip, agaknya umpanku telah mengena, aku yakin mereka tentu terangsang serta tidak sabar ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku semacamnya telah tidak tahan lagi, dirinya mulai memberanikan diri membelai lenganku, aku diam saja diperperbuat begitu. Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek berumur 30 tahunan mengambil tempat di sebelahku, tangannya diletakkan diatas pahaku, menonton tidak ada penolakan dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga hingga ke payudaraku. Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas payudaraku, tanganku meraba kemaluan pemuda di sampingku yang telah terasa mengeras.
Menonton faktor ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku, sebentar saja aku telah merasakan kedua buah dadaku telah digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu menikmatiku. “Eh.. kami bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip. Mereka pun setuju serta aku dibawa masuk ke pos yang berkapasitas 3×3 m itu, penerangannya hanya suatu bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top serta bra-ku yang telah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku serta luar biasanya ke bawah. Keempat orang ini terpesona menonton tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini adalah faktor yang membahagiakan dengan membikin pria tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku jadi rambutku terurai hingga menyentuh bahu.
Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar khawatir kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi giliran jaga, Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu. Si hansip mendekapku dari belakang serta tangannya merogoh-rogoh celana dalamku, terasa benar jari-jarinya merayap masuk serta menyentuh dinding kewanitaanku, sementara di tukang ojek membungkuk untuk dapat mengenyot payudaraku, putingku yang telah menegang itu disedot serta digigit kecil. Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang mereka gelar disitu. Mereka bertiga telah membuka celananya jadi terkesanlah tiga batang yang telah mengeras, aku hingga terpana menonton batang mereka yang besar-besar itu, khususnya punya si hansip, penisnya terbesar diantara ketiganya, hitam serta dipenuhi urat-urat menonjol.
Celana dalamku mereka lucuti jadi kini aku telah telanjang bulat. Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke mulutku untuk dijilat serta dikulum, tidak hanya itu tangan lembutku meremas-remas buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini hingga tidak muat seluruhnya di mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga perempatnya. Si tukang ojek membawa sedikit pinggulku serta menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulusku, dengan kedua jarinya dirinya sibakkan kemaluanku jadi terkesanlah vagina pink-ku di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh tahap dalam vaginaku, dirinya juga meperbuat jilatan-jilatan serta menyedotnya, tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak, kedua pahaku mengapit kencang kepalanya sebab merasa geli serta nikmat di bawah sana. Bapak bersarung menikmati payudaraku sambil penisnya kukocok dengan tanganku serta payudaraku yang satunya diremasi si hansip yang sedang ku-karaoke.
Aku tidak jarang menonton sebentar-sebentar Mat nongol di jendela mengintipku diperkosa kawan-kawannya, nampaknya dirinya telah gelisah sebab tidak sabaran lagi untuk dapat menikmati tubuhku. Tidak lama kemudian aku mencapai orgasme pertamaku melewati permainan mulut si tukang ojek pada kemaluanku, tubuhku mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan tertahan sebab mulutku penuh oleh penis si hansip. Cairanku yang mengalir dengan deras itu dilahap olehnya dengan rakus hingga terdengar bunyi, “Slurrpp.., sluupp..”. Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vaginaku, eranganku mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku menyebabkan penis itu lebih bebas menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap gesekannya dengan melipat kakiku menjepit pantatnya supaya tusukannya terus dalam. Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya kujilati serta kuemut, sedangkan si hansip kini sedang meremas-remas payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian nikmat oleh jilatan-jilatannya, tidak hanya leher dirinya jilati juga telingaku lalu turun lagi ke payudaraku yang langsung dirinya caplok dengan mulutnya
Berbagai saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba genjotannya makin cepat serta pinggulku dipegang makin erat, akhirnya tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya, lalu dirinya lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan oleh si hansip yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan serta lututku. Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar hingga aku meringis serta mengerang menahan sakit ketika penis itu. “Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini dapat ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.
Sodokan-sodokannya sangatlah mantap jadi aku merintih keras setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh Bapak bersarung yang duduk mekangkang di depanku serta menjejali mulutku dengan penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sangat menikmati menyepong penisnya, kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku, sementara di belakang si hansip mengakangkan pahaku lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat sambil memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya ejakulasi lebih dulu di mulutku, dirinya melenguh panjang serta meremas-remas rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya, tapi saking tidak sedikitnya ada sedikit yang menetes di bibirku. “Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek menontonku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.
Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di depan pintu timbul si Mat serta si tukang ojek berkumis tebal yang telah kembali dari membeli bensin. “Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya. “Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung si Mat. “Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya. Segera seusai si tukang ojek keluar serta menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya hingga telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub sebab penisnya nyatanya lebih besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula. “Gile, dapat mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.
Si hansip yang tetap belum keluar tetap menggenjotku dari belakang, hari ini dirinya memegangi kedua lenganku jadi posisiku setengah berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas dadaku, serta payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek itu. Nampak Mat begitu buasnya mencium serta memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan dari hajat yang dari tadi ditahan-tahan, aku pun membalas perlakuannya dengan melaporkan lidahku dengannya. Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu payudaraku memberbagi sensasi geli serta nikmat yang luar biasa. Si Bapak bersarung kini mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher jenjangku membikin darahku makin bergolak saja memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Ketika aku merasa telah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun terasa makin keras serta pegangannya pada lenganku juga makin erat. “Aaahh..!”, aku mendesah panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan dengan si hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya, selangkanganku yang telah becek terus banjir saja hingga cairan itu meleleh di salah satu pahaku. Tubuhku telah basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang lumayan gerah.
Seusai mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si Bapak bersarung berbaring di tikar serta menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja aku menduduki serta menancapkan penis itu, si tukang ojek menindihku dari belakang serta kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam anusku. Edan terbukti si tukang ojek ini, telah batangnya terbesar minta main sodomi lagi. Untung daerah selanganku telah penuh lendir jadi melicinkan jalan bagi benda hitam besar itu untuk menerobosnya, tapi tetap saja sakitnya terasa sekali hingga aku menjerit-jerit kesakitan, kalau saja ada orang lewat serta mendengarku tentu disangkanya sedang terjadi pemerkosaan. Dua penis besar mengaduk-aduk kedua liang senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati payudaraku yang menggantung cocok di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku, tanpa disuruh lagi kuraih penisnya serta kukocok dalam mulutku, tidak terlalu besar terbukti, tapi lumayan keras. Kulihat wajahnya merah padam sambil mendesah-desah, semacamnya dirinya grogi
“Enak gak Mat? Kalian udah sempat ngentot belum?”, tanyaku di tengah desahan. “Aduh.. enak banget Non, baru sempat saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar. Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku hingga akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap serta kutelan dengan rakus. Tidak hingga dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dirinya melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga semacamnya telah mau orgasme, tampak dari erangannya serta cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat hingga kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Sebab aku tetap belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku hingga 3 menit kemudian aku pun mencapainya.
Seusai itu si Bapak bersarung itu keluar serta si tukang ojek yang tadi berjaga itu kembali masuk. “Aduh, belum puas juga nih orang.. dapat pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Hari ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dirinya tetap terkesan agak canggung saat ke mau mulai jadi wajib kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku serta tidak lebihsang dengan kata-kata “Ayo Mat, kapan lagi lu dapat ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!”. Seusai masuk setengah kusuruh dirinya gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak hingga lima menit dirinya nampak telah terbiasa serta menikmatinya. Si hansip kini naik ke dadaku serta menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dirinya kocok penisnya disitu. Aku menonton jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis hebat wajahku ke samping serta menyodorkan penisnya. Kugenggam serta kujilati kepalanya jadi pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung penisnya yang terbesar di antara mereka berlima. Aku telah tidak dapat ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya dapat menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat serta juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.
Seusai mereka semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku dengan handuk basah yang diberbagi si hansip lalu menggunakan kembali pakaianku. Mereka berpamitan padaku dengan meneput pantatku alias meremas dadaku. Si tukang ojek berkumis mengantarku ke mobil sambil membawa sejerigen bensin yang tadi dibelinya. Seusai menolongku menuangkan bensin nyatanya dirinya tetap belum puas, dengan paksa dilepaskannya celanaku serta menyodokkan penisnya ke vaginaku. Kami meperbuatnya dalam posisi berdiri sambil berpegangan pada mobilku selagi 10 menit. Untung saja tidak ada orang alias mobil yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung mengguyur tubuhku yang aroma sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan perasaan puas.
Sungguh pengalaman yang memuaskan, serta aku suka dengan seks liar semacam ini. Pada peluang lain bakal kuceritakan pengalamanku ngeseks dengan pelatih mengemudiku, 2 orang pengamen, dosenku, satpam kampusku, tukang becak yang mangkal di kompleksku, Pak RT, karyawan di kampusku, serta lain sebagainya. Memekku Digenjot Tukang Becak.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,